Senin, 05 Maret 2012

Maghrib

      Aku melangkah dari selatan. Di pertigaan aku lihat dia berjalan dari arah barat. Aku kira dia juga mau ke masjid. Aku tak kenal dia, mungkin memang belum pernah melihat sebelumnya. Dan kemudian aku lihat sebiji okulele merah dipegangnya. Ouh, ternyata dia pengamen.

      Alhamdulillah.. Allah Swt menakdirkan bibirku mampu bergerak. Aku sapa dia yang sedikit agak di belakangku. "Piyambakan mawon, Mas?" ("Sendirian saja,Mas?"). Berlanjut sedikit obrolan sambil berjalan tiga puluan meter, hingga berakhir di depan gerbang masjid. "Monggo.." ("Mari.."), dia meramahiku. "Monggo, Mas.. nderekke.." ("Mari, Mas.."), jawabku. Dia terus berjalan dalam sentuhan rintik gerimis mungil.

     Sampai di halaman masjid aku tersadar, dari pertigaan tadi ada salah satu hal yang menurutku wajib disyukuri. Allah Swt menolongku untuk mampu menggerakkan bibir, berkata-kata dengan ramah dan tawadlu'. Tak ada keangkuhan dan nada menggurui sama sekali -sebatas yang aku sadari-. Aku membayangkan andai ada kejadian seorang muslim yang sedang berjalan menuju masjid dengan pakaian khas muslimnya, kemudian bertemu dengan seorang yang awam dengan ekspresi yang tak bersahabat, angkuh, dan terkesan acuh. Bagaimana persepsi si awam tersebut terhadap Islam? Pikiran inilah yang mendorongku untuk merasa bersyukur.

      Mungkin ini hal sepele. Tapi tidakkah mungkin sikap sederhana semacam ini Allah Swt jadikan jalan hidayah bagi makhluk-Nya? Aku optimis ini sangat mungkin, meski seingatku belum pernah aku menemukan bukti sejarahnya. Akan tetapi kisah-kisah pada zaman Nabi Saw dan salaf ash shalih yang senada dengan ini tentu kita sudah memakluminya. Sebagai contoh, ketika seorang badui buang air kecil di masjid. Juga nenek tua yahudi yang sering disuapi oleh Nabi Saw, setelah tahu bahwa orang yang biasa menyuapi itu adalah Rasulullah maka ia pun masuk Islam. Subhanallah wal hamdulillah wa laailaha illallah wallahu akbar!

      Maka marilah, Saudaraku, kita bersama belajar dan berlatih berakhlaq yang manis. Kita jaga kemuliaan Din ini dengan cerminan keseharian kita. Perkara-perkara sederhana yang jelas tak butuh biaya dan energi yang banyak untuk bisa kita lakukan, tapi tak jarang kurang menjadi perhatian, mulai saat ini coba kita berikan perhatian. Dengan begitu, semoga rahmatan lil alamin menjadi lebih dan semakin terasa bagi penghuni bumi ini. Aamiin.. Mari kita tunjukkan ketegasan prinsip dengan kesejukan!

      : )


ibudh
Priyobadan, 28 03 1433

Tidak ada komentar:

Posting Komentar