Rabu, 28 Maret 2012

Diam

      Hei..., kau lihat aku diam? Memang aku diam, mulutku tak berucap. Tapi tindakanku yg berkata. Aku tak menyembunyikan apa yg kutau, aku bukan tak mau menularkan kebaikan padamu. Bukan pula aku tak mau jadi guru bagimu.. Inilah caraku mengajakmu, dengan melakukan apa yg kulakukan, dengan melalui peristiwa demi peristiwa, dengan menyelami perubahan demi perubahan. Tanpa aku tuturkan satu persatu dengan lisanku.

      Aku ingin yg kau baca adalah kenyataan. Bukan angan, bukan cerita, apalagi kebohongan. Aku memang memilih jalan pasif. Lisanku akan aktif jika kau minta saja, atau karna hal lain. Jadi kau lah yg harus aktif jika ingin belajar denganku, jika kau mau aku jadi gurumu.Aku sengaja memilih jalan ini agar lebih selamat dari keliru. Aku tak mau mengatakan apa yg tak kulakukan atau tak berusaha untuk kulakukan. Aku takut murka Allah Swt [Qs Shaff: 3].

      Belakangan aku mendapatkan perkataan seorang sahabat radhiyallahuanhu. Beliau berkata, "Nasihatilah orang lain dengan tindakanmu, dan jangan menasihati dengan ucapanmu.." Tentu maksud beliau, menasihati dengan ucapan itu boleh, tetapi lebih berisiko dan kalah mustajab ketimbang memberi nasihat dengan tindakan [keteladanan]. Menjadi teladan lebih mulia ketimbang menjadi guru. Karna seseorang yg menjadi teladan, tanpa sadar ia telah menjadi guru. Tetapi dengan menjadi guru, belum tentu ia menjadi teladan. Ini yg aku lihat pada kenyataan. Padahal dalam pemahaman Jawa, secara bahasa kata 'guru' bisa dipanjangkan jadi 'digugu lan ditiru', yg artinya 'dipatuhi dan diteladani'. Maka kalau ada guru yg kerjanya cuma menyampaikan materi sebagai tuntutan profesi, tanpa melaksanakan teori yg mestinya ia amalkan dalam keseharian, ya, [Isilah titik-titik berikut ini!] ....


ibudh
26 Rajab 1432  
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar